Sabtu, 28 April 2012

DI AMBANG ASA

Tetap disini dan slalu menyendiri
Bale-bale bambu jadi saksi hidupku yang teramat sepi
Penat tubuhku tersandar dibawah pohon nangka
Haus rasa dahaga jiwa mendamba cinta

Mata menerawang mendekap kegelapan malam
Sadar ku melayang di lamunan kian tenggelam
Terpampang jelas Indah fatamorgana berhias sejuta warna
Semerbak wangi bunga di hamparan udara
Bintang seakan menjelma di mata
Peri cantik lembut menyapa
Senyum merekah dibarengi tawa
Canda manja lemah menggoda

Di batas limit kelana anganku
Tersentak sesak napasku haru
Dibayangi buram hidup berliku
Tersadar kulemah terbujur kaku
Jerit hati terguncang gemuruh
Gemetar tubuhku basah berpeluh
Sendi yang rapuh tak mungkin dapat mengayuh
Paham kemana perahu cita bisa berlabuh
Di pinggir sungai aku menatap
Kelaut dangkal sepi ombak
Indah permata tak mungkin lagi kuharap
Dalam "Pasrah" biarku terjebak

******* Oleh: Tolib Sang Penyemai_ciNta

Kamis, 26 April 2012

Pesona KAMPUS BIRU

Matahari sepenggal baru mulai memancar
Dari berbagai penjuru mahasiswa berbondong tersebar
Penuhi jalan kota sesak memutih anggun
Melangkah optimis terpacu untuk satu tujuan
Kampus biru tumpuan harapan

Pohon seri dikampus biru jadi saksi bisu
Betapa aku belajar dan berdiskusi dengan terpacu
Meretas harap meniti mimpi
Tuntaskan asa kuharap bisa menepi berdiri

Tatkala aku harus tinggalkanmu terburu haru
Terkenang beribu kisah dalam memoriku
Terpatri indah merekah dan berbunga takkan layu
Waktu aku jauh menetes air mata sendu mendayu

Duhai kampus biru... aku mengharu biru
Bila aku harus tinggalkanmu tanpa seteru
Tetapi... aku memang harus tinggalkanmu
Demi masa depan terbentang menunggu

******* Oleh: mo'abdye
Sang Rajawali

Selasa, 24 April 2012

SEBONGKAH HIDUP: Pedagang Asongan

Pagi masih berkabut berembun
Sang Ibu tergopoh berbenah jualan
Tertatih sambil gendong jualan dan anak terdekap
Berpacu dengan matahari pagi yang hampir mengintip

Jajakan jualan ala kadar dengan harap
Tuk mencari hidup dengan sesuap
Kesana-kemari berpindah kadang tertangkap Satpol PP
Jalani taqdir walau belum jelas terungkap

Berpeluh meleleh panas disengat mentari
Berteriak serak kadang ditampar caci
Menatap orang lalu lalang dengan tatapan sendu
Haus sekarat dan lapar tak terasa mengganggu

Senja beranjak sirna perlahan pergi
Sang Ibu tersenyum kecut dalam hati
Lihat kantong masih berisi recehan dan lembar ribuan
Hasil jerih payah penghsilan seharian

Siapa yang perduli dengan mereka...?
Yang hidup dengan pahit telan rasa iba
Diacuhkan, digusur bahkan diobarak-abrik tega
Dianggap sebagai sebagai sampah kotoran kota

Wahai para Penguasa...
Lihat perjuangan hidup mereka selalu terlunta
Memendam rasa meradang pilu bermandikan air mata
Bukankah kita juga manusia seperti mereka

Jangan coba nistakan mereka terhina
Rasakanlah pahit getir nafas mereka
Jika engkau, aku dan kamu ingin mulia
Di negri akhirat tempat berkumpul semesta

******* Senandung_peduli
Oleh: mo' Sang TafakuR_

PESAN PADA SANG PENGUASA

adilkah ini bila kita saling menginginkan
saling memaksakan kehendak diri
tak terpikirkah oleh kita barang sejenak
tentang arti hadir kita di sini..
masihkah kilatan pedang menyambar
rapuhnya badan tak bernurani ini.."

dimana bisa ku dapatkan arti kedamaian
bila kita saling berseteru satu sama lain
dimana bukti Cinta yg agung itu
yg sering ku dengar ceritanya lewat
kata-kata manis itu..

oh.....tak kuasa ku menahan air mata
tak kuasa ku menanggung beban dosa ini
semua begitu angkuh dengan kemauannya
tak melihat sekeliling bertabur duka lara

inikah kemerdekaan yang kita impikan
kemerdekaan anak-anak jalanan
mengamen mengemis untuk sekolah
tidur beralaskan koran berselimut malam
dingin menggigil menghantarkan mimpi

masihkah ada nurani pada diri
yang akan memberi simpati padanya
masihkah ada budi berbalas budi
bila kita saling menghancurkan...

bukan ini yang aku mau...
bukan ini yang kita inginkan...
tapi cobaan kian menerjang
meluluh lantahkan segala angan
dan juga tujuan..

Tuhan..
masih adakah sang pemimpin yg bisa aku dambakan
yang kan membawa jalan perubahan
atau hanya setan-setan berkedok malaikat
siap menyikat habis kami yang tertindas..."

"...AKU INGINKAN PERUBAHAN YANG NYATA
YANG MUNGKIN BISA BUATKU LEBIH BERARTI
DALAM MENJALANI HIDUP INI..."
 

RATAPAN SOBAT KECIL KU

Dalam gelap pekat kusendiri menatap malam
Indah cahaya bulan menghilang tertutup kabut berselimut awan hitam
Terdengar bisikn sang bayu di balik rimbunnya dedaunan
Tak kuasa ku menahan rintihan tangis bila ku kenangkan masa silam

Rintihan tangis bocah kecil di pojok rumah beratapkan jerami
Mengharap sang kakak pulang membawa sesuap nasi
Tapi kini tangis itu tak akn pernah terdengar lagi
Bocah kecil itupun kini telah pergi
Menghadap sang Ilahi kini dia telah kembali

Sebelum dia pergi ku lihat senyum kecilnya 
Mengembang di antara uraian air matanya
Kini dia benar-benar telah pergi, bersama derita perih hidupnya
Tap ku yakin bersama sang Khaliq dia telah temukan kebahagia'an abadinya
Selamat jalan sobat kecil..

******* Oleh: Satria Elang
(Sang Rebah-Teduh)

Senin, 23 April 2012

MIRAS DAN PROSTITUSI BUKAN PELARIAN

Bertandang di lembah durja
terpampang lara di pelupuk mata
Di balik tenda diujung sana
jerit pilu sayup dI telinga

Terantuk langkah serasa terantai
Dalam ngilu sendi langkahku gontai
Bau amis bunga teratai
Terbujur pasrah lemah lunglai
Bujuk sendu di balik tirai
Menggoda hati buat ku lalai
 
Dalam hening kuresapi
Nikmat dunia mengaliri nadi
Kala Sadarku dari semu
Hinggap di mata bayang kelabu
Sesal di hati iman berkecambuk beradu
 
Beribu alasan ku menangkan diri
Namun nalarku tak bisa mengerti
Dalam larut sesal di hati
Mata berkunang mencaci diri

Redup cahaya dari kejauhan
Sayup terdengar Bunda berpesan
Miras bukanlah Pelarian
Prostitusi bukan satu-satunya jalan
Kegagalan awal dari keberhasilan
Masalah datang tuk mendewasakan,
Buka pikiran jadikan pelajaran

******* Oleh: Tolib Sang Penyemai_ciNta

BUMI BERGUNCANG LAGI


Perut bumi kembali berguncang 
Sketika pikiran dan perasaan melayang
Getarkan kehidupan yang ternoda menggoda
Khilaf dan kebobrokan yang kian meraja lela  

Aku tertunduk sambil terheran
Lubuk hatiku berdialog tertahan
Kenapa gempa tdk lagi jadi pelajaran 
Ataukah jiwa kita tlah pasrah terpuspus angan...?

Tidak puas dengan jawaban kucari lagi di sudut hati sunyi
Berkali-kali perut bumi terguncang tiada henti
Tapi kita tidak jua penuh menyadari
Bahwa itu teguran Ilahy Robbi...

Wahai nurani manusia,,,
Lihat hasil kesombongan kita 
Bumi jd bebal, kesal dengan kita 
Geram amarah bumi jadd tertekan dendam
Membuat bumi jd gerah terpendam
 
*****tafakuR_ciNta
Oleh: mo' Sang tafakuR_

AWAN CINTAKU

awan putih berarak
begitulah ciNta di hatiku
menjadi kemilau perak
bertengger di jiwamu
tapi awan tak selalu ramah dan bersahabat
kadang menggumpal, mendung bahkan pekat
itulah resah dan galau...
Kadang ia kuning bahkan memerah mega
itulah gejolak hasrat...

wahai awan ciNta ku...
teduhkan hatinya dengan anggun mu
pesonakan jiwanya dengan putihmu
Secerah langit cintaku di siang hari
Segemerlap bintang rinduku di malam hari

Sebening embun sejuk merasuk di fajar menyeringai
Sehangat sentuhan mentari pagi

****** tafakuR_Q
Oleh: mo' Sang Rajawali

Minggu, 22 April 2012

TULUS KASIHMU

Dari lembah kesunyianku 
Kau hadirkan bahagia hati
Dari padang tandus kesendirianku
Kau ciptakan arti tawa yang tulus
 
Darimu...
Kau ajari aku rahasia cinta terindahmu
Rahasia kasih damaimu
Rahasia tulus kasihmu
 
Aku ingin kau tetap seperti ini seadanya
Sederhana tapi penuh canda ria
Aku tak sanggup bila kulihat pipimu berurai air mata
Sungguh... sungguh ku tak sanggup melihatnya

Tetaplah tersenyum kasih...
Karna senyummu adalah cermin kebahagiaan kita
Dan masa depan cinta kita
Kau slalu saja membuatku tersenyum manis
Meski batin ini kadang menjerit histeris
Aku akan slalu bersamamu
Bersama cinta dan tulus kasihmu
 
******* Oleh: Satria Elang

DEMI WAKTU DHUHA

Raih impian dengan sujud waktu Dhuha
Ketuk pintu langit berharap terbuka
Terkuak lebar merekah melimpah
Rezki yang dijanjikan buat aku hamba  tertatih

Lautan dosa diharap segera terampunkan
Dapatkan hidayah yang Engkau hembuskan
Padamkan selaksa gelisah yang menggulita
Redam nestapa yang sentiasa menjelma

Duhai... Robbi
Waktu dhuhaMu jadi saksi
Aku rindukan bidadari jadi istri
Terjuntai cinta kasih dengan mahligai
Bertahtakan mawaddah jadi perisai
Berparfum rahmahMu yang mewangi

Demi waktu DhuhaMu yang memerah indah
Kurindukan semua cinta jadi indah
Bertabur permata keridhoan
Bagai bunga bersemi di taman 

******* tafakuR_ciNta
Oleh: mo' Sang tafakuR_

CINTA DAN REALITA


gumpalan awan bertengger di jiwaku kelabu
mengalahkan sejuknya embun yang menestes ragu
irama terpaan mentari  menjadi gagu
tak bisa hangatkan raga yang terkulai kaku

seolah rasa cinta hampir terkikis oleh realita
terobang ombang-ambing di lautan maya
duel sengit dua bebuyutan ini pertarungan sepanjang sejarah manusia

dimana ada cinta disitu dibutuhkan realita 
sementara realita juga  menginginkan cinta
       
walaupun terkadang cinta tak seindah mimpi
dan mimpi tak selalu identik dengan realita
akan tetapi mimpi maya bisa menjelma
menjadi realita terindah dan mewangi kasturi

ohh,,, bagaimanakah realita cinta ku
akankah jadi 'sepia' terus tak menjelma nyata ?
ku harap hari-hari akan menjawab dengan gempita
merona merekah dan membuncah di sisiku

******tafakuR_ciNta Q
Oleh: mo' Sang Rajawali

Jumat, 20 April 2012

Sampai AJAL RINDUKU



dawai hatiku berdenting merdu
nyanyikan lagu rindu panggil namamu
kidung asmaraku bergetar hebat tembus atmosfir kelabu
goncangkan mihrab ciNta demi rindu tak terperih membiru
semakin hari berlalu jendela jiwa makin terkuak lepas
diterpa angin rindu yang membahana terhempas

Duhai rindu...
betapa aku ingin engkau bersemayam di jagat kalbu
berasyik masgul di perapian jiwamu
mengenang beribu kisah dalam diary memoriku
kan kukenang satu, dua dan beribu-ribu
sampai tutup ajal rindu ku

 ***** tasbih_Rindu Q
Oleh: mo' Sang Rajawali

Menuju MAHLIGAI IMPIAN (1)

Jangan kau pertanyakan siapa pemilik satu rusuk ini
Karna dalam denyut nadiku tersimpan getar namamu
Dan jangan kau acuhkan rasa yang kini untukmu
Karna dalam hidupku kau yang selalu ku rasa

Tuhan tidak menjanjikan langit selalu biru
Air selalu mengalir,bintang slalu berkelipan
Rembulan selalu benderang dan bunga selalu bermekaran
Tapi Tuhan telah berjanji dengan ar Rahman dan ar Rahim Nya
Cinta tidak akan menjadikanmu sesat selama kau kenali cintamu

Bukan sakIt yang harus kau rasa
Bukan perih yang slalu menindih
Bukan siksa yang slalu membawa duka
Tapi cinta yang akan slalu bergelora dalam nyata

Bukalah mata dan telingamu selama kau masih sendiri
dan tutuplah mata dan telingamu saat kamu diper-isteri

Aku pastikan dunia tak akan mengusik cinta
Selama kau bisa terima dunia dengan segala kekurangannya
Duniaku ada di sini dan duniamu ku ingin memasukinya
Satu rusuk yang hilang itu adalah kamu
 
******* Oleh: Satria Elang
(Sang Rebah_Teduh)

GORESAN HATI (Puisi Trio Loebiz)

hati bertanya mengapa, mungkinkah telah tiba masanya..
andai asa terkuak di malam nan pekat, hasrat dalam belaimu kutinggal rasaku berat
kuadukan pengharapan pada rembulan, ia diam enggan menatap
pada angin ku coba meratap, berlalu pergi tanpa mau menatap
(Tolib)
ah... betapa sesak dadaku jadi hampa, 
terkubur terjerumus hampir musnah
gemuruh ombak hati ku terus terombang ambing jdnya,

tak pernah menepi di pantai hasrat berbuih
(mo')
berjuta kata melukis rasa, jutaan bahasa mewakili rasa tak terungkap jua
betapa pedihnya rasa hatiku, berpisah denganmu tiada hendak hatiku, 

beranjak asa di ambang sadar
(Jay)
berjuta ratap sesal di jiwa, mengumpat meratap penuh kesal,
 kala lelah menelenjangi rasa sadarku buyar, ngilu sendi di bebatuan raga terkapar
(Tolib)
ruh sadarku samar-samar tercemar, terbang melayang bagai burung camar,
keputusanku tuk melangkah terus membara terbakar, tuk telusuri sketsa hidup yg sulit dijabar
 
(mo')
oh, aku tak tau lagi harus berkata apa,  karena lidah telah kelu oleh derita,
dan mata telah kabur oleh nestapa, bagai kuntuman bunga indah sumringah dalam kasat mata,
tapi tak ada yang tahu ia telah layu dalam senyap hampa
(Jay) 
dalam gontai ku jalani hari, kini tiada lagi kau disisi
dibisu malam rahasia kuungkapkan, semu melilit cinta terabaikan
walau berat kumesti beranjak pergi, menuju angan menjemput mimpi

(Tolib)
kusadari sudah ternyata mimpi tak seindah impian terjelma,
harap tak secerah mentari pagi terkesima 
terpaksalah engkau kutitip pada rembulan buana yangg merana,
terhalang gumpalan pekat malam senyum yangg tersita
(mo')
remuk tersisa di raga kini, mengejar mimpi yang tiada pasti
bagai menanti mentari di malam hari, harap ku tak lagi meratapi siksa terpinang duka

kala derita 'dalam' menoreh luka jiwa, walau sakit serasa terjepit
sunyi kuteriak menjerit, di dada rasa kuhimpit
(Tolib)  
mereka berkata, "untuk apa larut dalam serpihan duka
kalau padang bahagia masih terbentang di sana?"
aku berkata, "siapa yang mau berenang di kolam duka, 

kalu samudera buana masih menjanjikn mutiara-mutiara nan indah?"
ini lah aku, musafir yang tertawan 
(Jay) 
mereka juga menyela,"untuk apa jatuh cinta lagi setelah ada cinta?"
aku akhirnya berkata, "aku menjemput cinta bukan untuk menambah cinta
akan tetapi aku menjemput cinta untuk kesempurnaan cinta".
sejatinya, inilah aku sang rajawali bangkit dari tafakur ciNta
(mo)

******* Cuplikan berbalas PUISI oleh Trio Loebiz (mo' Sang TafakuR, Jay sang musafiR_ciNta dan Tolib Sang penyemai_ciNta) pada KAMIS 19 April 2012 pukul 01.00 - 02.30 WIB dini hari
 

Tangisan SENDU

sesuatu yang hilang di diri
ini tanpa ku sadari
saat dia berlalu pergi
menyisakan jejak di relung hati

ketenangan yang telah hilang tercuri bayang
di luasnya alam ia tetap terkekang
dalam ingatan selalu di kenang

jarak memisah waktu melerai
semua itu tiada mempengaruhi
amat kuat rasa ini
meronta mencakar menyayat di ulu hati

pada malam aku mengadukan isi hatiku
agar siang tak bercerita tentang beban derita hatiku
di tepian sungai ku menangis sendu
riak gelombang gemercik menutupi isak suaraku
dan menghayutkan deras air mata ku

******* Oleh: Tolib Sang Penyemai_ciNta

Rabu, 18 April 2012

CINTA YANG JENUH


tertuang dalam setiap hempasan hidupku
layu namun terus mencoba menghibur dukaku
secuil demi secuil kau tepiskan pengharapan ku
perih namun itu semua dah takdir cintaku

jenuh tapi terus selalu ingin memujamu
walau seribu luka kau sayat dalam hatiku
tapi mengapa hatiku tak pernah mengusikmu
sementara dirimu bahagia diatas penderitaanku
kejam namun kau tak pernah menghirau kan aku

biarlah kekejaman mu itu kan menjadi hiasan dalam tidur ku
kan kujadikan sebagai penyemangat dalam mihrab cintaku
air mata yang pernah menetes bermuara di bibirku
selamanya kan berdarah daging dalam tubuh ku

kutahu sudut dunia tak tercapai oleh langkah ku
dan semua pucuk pepohonan tak terjangku oleh kedua tangan ku
yang menjadikan ibarat yang nyata tuk meraih cinta mu
kusadari itu semua hanya dalam mimpiku
namun tak pernah bosan dalam mendambakanmu

******* Oleh: Farhan
(Sang Pewarna_ciNta)

RASA yang TAK TERDEFENISI

aku bukan novelis cinta pembuat cerita menjadi istimewa
tidak juga pujangga perangkai kata indah terdengar di telinga
aku hanya perindu cinta mendamba sinar asmara
hanya pemuja rasa yang tak terdefinisikan kata

walau ragu kucoba mengutarakan kata

pengharapan di balik buramnya suasana jiwa
dibalik angkasa inginku berteriak lantang
penuhi harap dalam asaku yang kian menerjang

padamu yang masih tertutup selimut rahasia
biarkan ku ungkap sebuah rasa
walau kau tak mungkin mengerti
karena rasa ini teramat sulit tuk di pahami
 
******* Tholib 
(Sang penyemai_ciNta) 

BINGKAI KEHIDUPAN: SOGOK DAN SUAP

Berenang diantara bebatuan perasaan
Hanyut mengambang di sisi keraguan..
Coretan cerita di balik dedaunan
Rahasia terpampang di atas awan.
Tak tahu jalan arahku melangkah
Waras akalku ngawur bertingkah pongah
Arus dunia membuatku hilang arah
Suap mewabah sogok kian merekah

Dosa berbingkai pergaulan dibungkus kebutuhan
Licik pikiran ukuran keahlian
Nista cara penentu keberhasilan
Tingkah edan berlogo seni kecintaan

Pendidikan bergerak maju di satu sisi kehidupan
Moral dan Agama tersudut usang terabaikan
Budaya timur rontok tergilas zaman
Manusia berjalan tanpa tujuan
Mabuk berat laju putaran
Roda kehidupan keras berguncang

Di kegelapan malam tiada sinaran remang
berjalan meraba menerka lobang
Tersandung batu berguling ke jurang
Remuk tubuhmu jiwamu terkekang
Hancur nadimu ngilu tak lekang

******* Oleh: Tholib 
(Sang penyemai_ciNta) 

Selasa, 17 April 2012

Tetesan di Dedaunan JIWA

Jangan kau teteskan air mata di atas daun-daun jiwa ini
Karena ia akan menjadi duri dalam perjalanan nanti
Relakan kumenghilang bersama redupnya mentari
Nun di jauh di dermaga, bahtera sudah menanti

Engkau berkata...,
"Untuk apa pergi kalau disini Ku masih mencintai?"
Aku menjawab...,
"Bersabar dan setialah di sini, aku pergi untuk kembali
jujur kuakui, jiwaku tak pernah menghendaki perpisahan ...ini
Tapi bila taqdir telah memutuskan dan menggariskan bawahi,
bahwa kehidupanku berselimutkan lara
bertilam derita dan berbantalkan duka nestapa,
dapatkah aku bersabar bila taqdirku nantinya akan mempengaruhi takdirmu?
Tidak, tidak kekasihku, aku tak akan rela dengan semua itu"

Kalau memang itu pahit racun biarlah aku yang minum
Kalau memang itu nestapa biarlah aku yang tanggung
Karna aku sudah biasa dengan derita menggunung
Hujaman pahit getir yang naik turun bersambung

Boleh dikata...,
Derita adalah makan siangku
Derita adalah sarapan pagiku
Bahkan telah senada seirama dengan keluar masuknya napasku

Oleh karena itu, lambaikanlah tanganmu
Bungai dengan peluk cium cinta kasihmu
Jangan ucapkan selamat berpisah
Tapi ucapkanlah kita berpisah untuk berjumpa
Dalam suasana yang sama tapi beda
Ceria, bahagia penuh mesra dan canda tawa


******* Oleh: Jay al-Afghan
(musafiR-ciNta)

HIDUP di JALANAN

Kidung bertajuk senja temaram tak pernah singgah buat mereka
Debu-debu jalanan jadi hiasan pengganti permata
Kulit kusam aroma semermak tak sedap jadi pakaian terbuka
Jalanan adalah istana tak bertuan buat mereka

Hingar bingar kenderaan lalu lalang jadi musik terindah
Nada-nada kekerasan semakin indah karena gundah
Terjebak dalam lingkaran setan buntu membatu
Terusir dari genta kehidupan yang dituju

Di tengah keterobang-ambingan cita gita yang tak pasti
Sang ibu tetap peluk anaknya sembari berlari
Berhamburan bak peluru ke sana ke mari
Dari jalan yang satu ke jalan yang lain mengais reski

Hidup dari belas kasih orang lain
Cacian dan makian tak jarang jadi sarapan
Oh... pada siapa mereka hendak mengadu
Seolah rasa kemanusiaan orang telah hitam membatu

******* Oleh: mo' Sang tafakuR_

Senin, 16 April 2012

AKU dan Pohon Kering

Wahai sebatang pohon yang telah kering....
Masihkah engkau mampu bertahan melawan arus kehidupan
Yang menghimpit sempitnya ruang gerakmu...
Masihkah engkau mampu melawan getaran sepi
Yang menyinggahi taman hatimu..
Sedang engkau hanya sebatang pohon yang di tumbuhi
Ratusan ranting-ranting kecil di tubuhmu..
Tidakkah kau merasa kerdil dimata penatapmu...???

Sedang aku yang duduk di bawahmu pun merasa tak  nyaman 
Jikalau sewaktu-waktu tubuhmu tumbang
dan menimpaku...

Wahai sebatang pohon yang telah kering....
Izinkan aku duduk temani kesendirianmu
Izinkan aku berteduh di bawahmu, meski ku tau
Tak akan nyaman aku di dekatmu...
Tapi tak mengapa bila harusku terima kepahitan darimu
Karena aku pun sama denganmu
Tak berguna di mata penatapku yang hanya memandang
Arti hadirku dengan sebelah mata


******* Oleh; Satria Elang
(Sang Rebah_Teduh)

Petualang MABUK

Petualang mabuk...
Lunglai di dera lintasan waktu
Terbius cairan panas berlagu tak menentu

Petualang mabuk...
Oleng di terusan hari
Tujuan hidup tak pasti
Petualang mabuk...
Menatap kosong masa depan
Semburan air api selalu berubah jadi macan

Petualang mabuk...
terjerembab di gilas onggokan alkohol
Petualang mabuk, mabuk dan terjatuh

******* Toras Sang Halilintar

Minggu, 15 April 2012

Pergi Tak KEMBALI - DUET PUISI (1)

Ketika aku remuk redam dalam samudera derita
Aku pun meringkuk dalam kepasrahan tanpa kata
Terkapar dan terhempas tanpa tawar menghampa
Menjerit tak guna, meraung hanya pelengkap derita 
(mo')

Tak kusadari tiba-tiba bayangmu menyeruak diam-diam
Luluh lantakkan pecahkan kesunyian
Walau cuma bayang-bayang semu seperti kunang-kunang di malam buta
Cukuplah sebagai penawar sementara
Kuhambur dalam peluk bayang kasihmu
Dan kubenamkan tubuh yang kurus meranggas ini beriring lelehan air mata 
Dan ratapan pengaduan akan lara derita yang kutanggungkan
(Jay)

Terdiamlah semesta dengar isakku
Badai kembali membisu setelah bergemuruh merong-rong lautan
Sementara canda burung sirna seketika
Lolongan anjing malampun lenkapi ritme raungan piluku 
(mo')

Langitpun menangis iba terjebak oleh kesedihan alam yang mengharu biru. 
Bahkan binatang-binatang kecil yang mengintip di bawah dedaunan kering hampir tekulai layu. 
Dan karena itu semakin memecahlah isak tangis ratapku. 
Akulah derita yang menderita..... 
(Jay)

Masih berhak kah aku bahagia bila kelopakku selalu basah diam-diam
Jantungku melemah dalam denyut terhimpit kelam
Ceria adalah rembulan yang mustahil ku raih
Canda tawa adalah bagai musuh selalu lari jika kudekati
Sementara senyum adalah cemeti panas yang tak mungkin kugenggam 
(mo')

Boleh dikata pahit getir adalah makan minumku
Lara derita selimut malamku dan duka nestapa sarpan pagiku.
Jujur, bukannya ungkapan kata berlebih-lebihan dalam gerak langkah yang kurasa
Tapi ini merupakan cerita hayat dan hikayat. begelanyut dikampas hati
Lalu mencetus melalui bibir kering retak ini 
(Jay)

Duhai derita... tak bosankah engkau bertengger di selaput jiwa yang kusai
Pergilah menjauh tenggelam usai
Berpisahlah dari sendi-sendi urat nadi
Kuharap engkau pergi tak kembali 
(mo')

******* Oleh: mo' Sang Rajawali & Jay musafiR_ciNta
Disadur dari cuplikan berbalas PUISI mo' dan Jay pada Minggu pukul 2.00 - 3.00 dini hari

Serpihan DUKA

Tatkala kesedihan kembali melanda
Tiada yang bisa kulakukan kecuali melelehkan air mata
Ketika serpihan duka kembali mendera
Yang bisa kulakukan hanya memunguti puing-puing asa
Dan bila semuanya mencakar dan merajam
Aku hanya terdiam kaku dalam pilu hampa

Ohh....,
Aku bagai terkurung dilorong buntu
Menjejaki jalan simpang siur dan berliku
Serak berat kuteriak memanggil namamu
Namun yang menjawab hanya gema suaraku
Yang memantul di dinding hati yang hancur luluh
 
******* Oleh: Jay al-Afghan
(musafiR_ciNta)

Menunggu KEPUTUSAN LANGIT

Kusadari terkadang aku merasa jumawa
Terlalu berani berspsekulasi memancing murka
Hingga langit bergetar seakan memerah padam
Lalu hantam aku bertubi-tubi selaksa meriam

Robbi... Aku tahu semua amarahMu adalah kasih sayang
BenturanMu adalah bentuk ciNta terselubung
Agar aku bisa menakar hikmah buat tali kasih antara aku dan Engkau terhubung

Duhai Pemilik jiwa ... Jantungku ada dalam genggamanMu
Ubun-ubunku ada dalam hembusanMu
Aku sekarang berada di ujung puncak ujianMu
Terkulai aku pasrah memohon padaMu
Tertengadah tangan dengan nada mengharap belasMu
Menunggu ulur tangan LembutMu
Munajatku terus bergema membana
tuk ketuk pintu ampunanMu
Tasbihku meradang pilu sendu coba tarik simpatiMu
Hamparan tafakur ku terdampar tuk
tunggu keputusan langitMu

******* Oleh: mo' Sang Rajawali

Aku dan BINTANG

untuk sebuah bintang
dirimu bukanlah kilauan cahaya
yang bersinar diantara gelapnya malam
bukan sebuah kunang-kunang 
yang datang dan pergi sesuai permintaan alam
 
engkau adalah suatu tanda dari langit
yang datang menjemput dan memberi
mimpi-mimpi indah di setiap tetesan airmata
di setiap kesendirian hati ini 
dan engkau adalah teman hidupku 
yang terpisah saat di tetapkan

******* Oleha: Satria
(Sang Elang)

Sabtu, 14 April 2012

Engkau SAHABATKU

Engkau hadir dalam jeritan yang meradang pilu
Tawarkan bisa mematikan dengan secawan madu
Hingga galau jadi kemilau
Buat resah jadi meriah sertamu
Sendu kelabu kau ubah tawa yang terpadu

Disepanjang jejak yang terseok tak tertatah
Tertatih mencoba berubah
Engkau ulurkan tangan penopang gundah
Kuatkan langkah demi langkah

Ahhh ...
Engkau memang penawar risau selalu
Berlalu tinggalkan aku tak mau
Engkau embun penyejuk kalbu
Bantu beribu masalahku
Engkau butiran permata berhagaku
Cahayamu tuntun jalanku

Engkau ... dan engkau selalu ada untuk ku
Engkau Sahabatku
Lebih dari orang yang menciNtaiku
Bagai pohon pelindung kala langit basahi ulu hati ku
Bagai akar yang merambat kuatkan aku
Karena Engkau adalah sahabatku

******* Oleh: mo' Sang Rajawali

BELAHAN JIWA yang Terpisah

Duhai jelita yang jauh dimata dekat digulma-gulma jiwa
Rasa ini terus menuntunku menuju padang-padang gembala
Mencari belahan yang hilang bagai adam kehilangan hawa
Walau resah dalam desah bimbang ragu mendera melanda
Namun kutahu ini bukanlah angan-angan yang dusta
Bukan pula bayang-bayang fatamorgana
Khayal...., berujung nyata

Alunan seruling menarik menyihir antara sadar dalam maya
Seperti mercusuar biru yang meletus di angkasa buana
Menunjukkan arah dengan cahaya
Kata tanpa suara
Isyarat tak bersyarat
Tersirat tak tersurat

Tepiskan satwa sangka
Robekkan tirai rahasia
Terpisah lalu berjumpa
Selamanya ku kan setia
Mari menari, berdansa


******* Oleh: Jay al-Afghan
(musafiR_ciNta)

Dua PERMATAKU

saat senja merah mulai terbenam di upuk barat
dihiasi indahnya panorama alam yang semburat
kicauan burung pun mulai terdengar merdu menggurat
seraya mengalun kan nada 
bersyairkan nada-nada cinta

adalah aku seorang insan yang lemah
yang tiada luput dari segala dosa bernanah
duduk terdiam dan berpangku tangan tertengadah
tak terasa air matapun mulai membasahi pipi yang menyepuh
mengenang dan merindukan seorang ayah 
dan seorang bunda yang kini tlah jauh 

namun bayang itu tak pernah pupus dari ingatan tergiang
disetiap detik hanya raut itu yang selalu terbentang 
disetiap angan dan lamunan hati berbisik terkenang
aku rindu padamu duhai dua pertama ku
ku kan berusaha selalu ada dalam mimpimu
ku tak mau beranjak walau seditik dari kasihmu
sampai engkau dibelai ciNta oleh penciptamu
ayah bundaku,,, salam rinduku selalu

******* Oleh: Farhan Sang Pewarna_ciNta

Goresan Sang PUJANGGA (2)

Kapal berlayar dari labuhan rindu
Yang mengarumi lautan asmara
Dengan peliut nahkodanya, iapun berseru....
Aku datang membawa cinta....!!!!
(Jay)
Engkau adalah samudera rinduku
di kedalamnya tersimpan satu kerajaan Cinta termegah yang aku ciptakan
Dan di dalam kerajaan itu aku hiasi belbagai keindahan dari rinduku

(Satria) 
Di kedalamn rasa itu engkau bak permaisuri bertahtakan intan
Yang membuat aku di dekatmu bertahan
Duhai ... engkau seperti pualam
Telah buat pnadangku pada yang lain jadi buram

(mo')
Walau hutan belantara dan terjalnya bukit yang menjulang awan kan kulalui. 
Amboi .... sekiranya engkau tak menyentuh bumi
Tentu engkau adalah bidadari
Hatiku tercuri
(Jay)
Semua adalah simfoni kerinduan
Tetes embun terselip diantara pangkal daun
Lembut bening terbias sorot cahaya lampu jalan
Kemilaunya adalah tudung kerinduan terselubun

(Satria)
Aku tahu engkau hanya sempurna dengan dgn rinduku
Cetusan buana hati yang merdu
Membuai dirimu dalam mimpiku
Mimpi yang selalu datang bertalu-talu
(mo')
Seperti kecupak air di antara batu-batu. 
Walau tanpa lagu
Tapi penuh syahdu
Hingga mereka yang mendengarnya sampai ragu
Manakah cinta mana pula rindu
(Jay)
Kasihhh... Ku ingin menjadi awan yang berarak di langit biru
Yang senantiasa memayungi hatimu dengan payung kasihku
Dan aku ingin menjadi melati di taman kasihmu
Memberi harum disetiap hidupmu

(Satria)
Ahhhhh,,, nafas Aku  mendesah
Mungkinkah ciNtamu juga merekah???
Padahal begitu banyak pangeran tawarkan kemegahan

Ataukah dengan itu ciNtamu kan padam ???
(mo')
Ohh..... untuk apa kau mendesah dalam resah? 
Sementara tanpa setaumu di kedalaman jiwa aku sudah gelisah
karena terjebaknya sebuah rasa dalam asa
Walau banyak cinta berbumbu asmara menghampiri dan memuja
Tapi hati slalu berkata..., "engkaulah pangeranku yang selama ini muncul dalam mimpi
angan dan nyataku. Aku kan pulangkan pinang ketampuk, 
sirih ke gagang dan jiwa keraga".
(Jay)
Kau dan aku, bagai siang dan malam yang di persatukan senja 
Disaat mentari mulai berpulang kembali dalam pelukan sang malam
Kau dan Aku, laksana panas dan gerimis yang ciptakan pelangi 

Untuk kita nikmati disaat lelah raga ini berpacu melawan lajunya sang waktu."
(Satria)
Pelangiku dan hatimu tiada jauh berbeda
Sama berwarna bernuansa asmara
Tapi akankah slamya langit jadi pelangi???
Kasih,,, jangan buat aku slalu bertafakur meraungi

(mo')
Bila tafakur seiring tadabur, dua hati kan melebur. 
Jiwa ini adalah belahan yg terpisah, ia kan tetap merambah ke oktap-oktap sempurna
Mencari belahan sempurna yang lain
Untuk itu akan kudengarkan bahasa jiwamu 
Seperti pantai mendengar kisah gelombang. 
Akan kusirami kegersanganmu seperti padang kering bermandikan hujan
(Jay)
Algoritma detak jantung merelasikan ombak dan hujan
Sang malam membisikan kata rindu yang tak bertemu
Kapankah rindu bulan kan bertemu dengan siangnya
Bila rindu matahari tak jua menyambut sang rembulan

(Satria)
Bisikan malam kelamku akan berkiblat pada subuh
Nafas subuhku akan mendesah di tetesan embun megah berbuih
Butiran permata embun akan terbuai dijemput sinaran mentari pagi
Hingga suatu saat kita kan berada di ufuk senja berhiaskan mega dan rembang saling menanungi
(mo')


******* Oleh: mo' Sang Rajawali, Satria Sang Elang, dan Jay Sang musafiR_ciNta
Disarikan dari cuplikan berbalas PUISI 3 penyair tafakuR_ciNta pada Sabtu dini hari jam 02-04