Aku pun meringkuk dalam kepasrahan tanpa kata
Terkapar dan terhempas tanpa tawar menghampa
Menjerit tak guna, meraung hanya pelengkap derita
(mo')
(mo')
Tak kusadari tiba-tiba bayangmu menyeruak diam-diam
Luluh lantakkan pecahkan kesunyian
Walau cuma bayang-bayang semu seperti kunang-kunang di malam buta
Cukuplah sebagai penawar sementara
Kuhambur dalam peluk bayang kasihmu
Dan kubenamkan tubuh yang kurus
meranggas ini beriring lelehan air mata
Dan ratapan pengaduan akan lara
derita yang kutanggungkan
(Jay)
(Jay)
Terdiamlah semesta dengar
isakku
Badai kembali membisu setelah bergemuruh merong-rong lautan
Sementara canda burung sirna seketika
Lolongan anjing malampun
lenkapi ritme raungan piluku
(mo')
(mo')
Langitpun menangis iba
terjebak oleh kesedihan alam yang mengharu biru.
Bahkan binatang-binatang kecil
yang mengintip di bawah dedaunan kering hampir tekulai layu.
Dan karena itu semakin memecahlah isak tangis ratapku.
Akulah derita yang
menderita.....
(Jay)
(Jay)
Masih berhak kah aku bahagia
bila kelopakku selalu basah diam-diam
Jantungku melemah dalam denyut
terhimpit kelam
Ceria adalah rembulan yang mustahil ku raih
Canda
tawa adalah bagai musuh selalu lari jika kudekati
Sementara senyum
adalah cemeti panas yang tak mungkin kugenggam
(mo')
(mo')
Boleh dikata pahit getir
adalah makan minumku
Lara derita selimut malamku dan duka nestapa
sarpan pagiku.
Jujur, bukannya ungkapan kata berlebih-lebihan dalam gerak
langkah yang kurasa
Tapi ini merupakan cerita hayat dan hikayat.
begelanyut dikampas hati
Lalu mencetus melalui bibir kering retak ini
(Jay)
(Jay)
Duhai derita... tak bosankah
engkau bertengger di selaput jiwa yang kusai
Pergilah menjauh tenggelam
usai
Berpisahlah dari sendi-sendi urat nadi
Kuharap engkau pergi
tak kembali
(mo')
(mo')
******* Oleh: mo' Sang Rajawali & Jay musafiR_ciNta
Disadur dari cuplikan berbalas PUISI mo' dan Jay pada Minggu pukul 2.00 - 3.00 dini hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar