Malam itu purnama tersenyum manis penuh pesona
Bintang-gemintang gemerlapan seolah main mata
Derikan jangkrik merayu membelai menggoda
Sementara manusia terlelap dalam mimpi indahnya
Nun jauh disana....!
Nampaklah gubuk tua diantara ribuan gubuk-gubuk derita. Dan dari
jendelanya yang masih terbuka membayang didalamnya sesosok tubuh
manusia. Keningnya penuh dengan garis-garis duka. Bibirnya pucat
menahankan perih yang tiada terkira. Dan lelehan air mata mengaliri
kedua pipinya. Lalu, berjatuhan satu persatu bagai butiran-butiran
permata
Diantara sedu-sedannya, desahan angin melintasi
celah-celah jendela, dan sambil memandang purnama yang seolah jatuh
dipucuk kelapa, terdengarlah bisikannya... "Duhai purnama...! adakah
engkau pancaran kekasihku? Duhai angin malam...! sampaikanlah salamku
kepadanya. Bisikkanlah ratap tangis ini kerelung-relung hatinya. Mana
tau dia mau kembali lagi kepadaku. Untuk menghibur jiwa yang hampa ini,
hati yang gersang ini, dan jiwa yang hampir meleleh ini. Duhai angin
malam...! Tolonglah..., tolong....!!! hiks hiks hiks...."
Namun
sebelum bisikan itu hilang, angin sudah terbang lalu tanpa jawaban.
Meninggalkan insan yang ada di dalam gubuk tua. Seorang insan yang hanya
berselimutkan lara, bertilam derita, dan berbantal duka nestapa
Dan melihat itu, tiba-tiba sang purnamapun bersembunyi dibalik mega.
Sementara bintang-gemintang redup seolah enggan mengerlipkan cahayanya.
Jadinya, malam pun kelam, diam dan mencekam. Tiada lagi yang terdengar
selain dari gesekan pohon bambu yang menjerit di belakang gubuk. Dan
tiada lagi yang terlihat selain dari cahaya temaram kunang-kunang yang
terbang kesudut-sudut malam
Semuanya menghilang sirna
Sebahagian membutakan mata
Selebihnya menulikan telinga
Tiada rasa iba.....
Kemudian jendela gubuk tua itupun tertutup
Namun, walaupun sayup-sayup
masih kedengaran juga suara desah berat dari dalamnya
seperti gema
di kedalaman masa-masa yang telah silam.
Antara ada dan tiada.....
******* Oleh: Jay al-Afghan
(Sang musafiR_)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar