Bagaimana
engkau bisa menghiburku?
Sementara duka-laramu lbih terhujam daripada porak-porandanya duka-nestapaku?
Mugkinkah jiwa yang rapuh gersang bisa menyirami hati yang getir kering?
Engkaulah pelipur laraku...,
Sementara duka-laramu lbih terhujam daripada porak-porandanya duka-nestapaku?
Mugkinkah jiwa yang rapuh gersang bisa menyirami hati yang getir kering?
Engkaulah pelipur laraku...,
Tapi aku telah mengaburkan pandanganmu dengan
air mataku
Menusuk telingamu dengan ratap tangisku
Dan melengkapi resah gelisamu dengan sedu-sedanku
Sehingga air mata semakin meleleh bercampur darah
Lalu bermuara ditengah-tengah luka hati yg menganga
Perih tiada terkira
Nyeri tiada duanya
Meratap tak guna
Menjerit hanya pelengkap derita
Hingga cuma lelehan napas yang tersisa
Serta degup-degup jantung diujung gelisah
Oh...,
Aku tak tau lagi harus berkata apa
Karena lidah telah kelu oleh derita
Pandangan telah kabur oleh air mata
Telinga telah tertutup oleh nestapa
Yang bisa kulihat hanyalah bayang kesedihan
Yang bisa kudengar hanyalah jerit tangisn
Dan yang bisa kuucpkan hanyalah
Aku mencintaimu sayang
Sampai nafas penghabisan
Menusuk telingamu dengan ratap tangisku
Dan melengkapi resah gelisamu dengan sedu-sedanku
Sehingga air mata semakin meleleh bercampur darah
Lalu bermuara ditengah-tengah luka hati yg menganga
Perih tiada terkira
Nyeri tiada duanya
Meratap tak guna
Menjerit hanya pelengkap derita
Hingga cuma lelehan napas yang tersisa
Serta degup-degup jantung diujung gelisah
Oh...,
Aku tak tau lagi harus berkata apa
Karena lidah telah kelu oleh derita
Pandangan telah kabur oleh air mata
Telinga telah tertutup oleh nestapa
Yang bisa kulihat hanyalah bayang kesedihan
Yang bisa kudengar hanyalah jerit tangisn
Dan yang bisa kuucpkan hanyalah
Aku mencintaimu sayang
Sampai nafas penghabisan
******* Oleh: Jay al Afghan
Sang musafiR_ciNta
i like it . . .
BalasHapus