Diambang sore nan
rambang
Diruang sunyi nan sepi remang
Kurangkai untaian kata luahan rasa
Diruang sunyi nan sepi remang
Kurangkai untaian kata luahan rasa
Mewakili kelunya mulut untuk bicara
Adakah kau masih ingat semuanya..?
Selama aku masih bisa menjawab kawan
Tanyalah apa yang ingin kamu tanyakan
Karena bila mulut ini telah kelu dalam jawaban
Terlalu halus suara hati ini untuk kau dengarkan
Kata ini masih menggelepar...
Dalam memori ingatan
Kau pun bertanya
Awalnya biasa saja
Tapi begitu kau tanya tentang rahasia
Cintaku yang kuredam di relung dada
Dan telah ku anggap mati tanpa pusara
Aku pun jadi terbungkam seribu bahasa
Bukannya ku tak bisa jawab
Bukan pula ku mau berkilah
Tapi bila rahasia itu jadi nyata
Mungkin aku bisa binasa
Haruskah kujawab juga?
Tidak...
Maaf kalau ku ingkar janji
Terjebak omongan sendiri
Bukankah tuhan juga sama
Tak membongkar rahasianya?
Rahasia tetaplah rahasia
Bila sudah jelas di pelupuk mata
Tentu bukan rahasia lagi namanya
Adakah kau masih ingat semuanya..?
Selama aku masih bisa menjawab kawan
Tanyalah apa yang ingin kamu tanyakan
Karena bila mulut ini telah kelu dalam jawaban
Terlalu halus suara hati ini untuk kau dengarkan
Kata ini masih menggelepar...
Dalam memori ingatan
Kau pun bertanya
Awalnya biasa saja
Tapi begitu kau tanya tentang rahasia
Cintaku yang kuredam di relung dada
Dan telah ku anggap mati tanpa pusara
Aku pun jadi terbungkam seribu bahasa
Bukannya ku tak bisa jawab
Bukan pula ku mau berkilah
Tapi bila rahasia itu jadi nyata
Mungkin aku bisa binasa
Haruskah kujawab juga?
Tidak...
Maaf kalau ku ingkar janji
Terjebak omongan sendiri
Bukankah tuhan juga sama
Tak membongkar rahasianya?
Rahasia tetaplah rahasia
Bila sudah jelas di pelupuk mata
Tentu bukan rahasia lagi namanya
******* Oleh: Jay Sang musafiR_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar