Kucoba kembali merangkai untaian syair
Walau muara jiwa telah kering tak lagi mengalir
Dalam perjalanan hidup yang kian getir...
Walau muara jiwa telah kering tak lagi mengalir
Dalam perjalanan hidup yang kian getir...
Berdebu buram bagai kehidupan sang musyapir
Gerah...
Tanpa tetesan embun dipucuk basah.....
Resah...
Kaki terpincang berat melangkah..........
Sesungguhnyalah...!
Kata-kataku telah rapuh tak lagi indah merayu
Senandung laguku tak lagi mengalun syahdu
Serulingku tak lagi merindui rumpun bambu
Sumbang..., bagai terompet tak memadu
Namun sekalipun begitu...
Tuntutan jiwa yang kian meronta tak bisa kujinakkan
Berdentam-dentam bagai suara dentuman tetabuhan
Menuntun hatiku yang kian lemah dalam kelelahan
Walau suara serak tapi syair ini terpaksa kujeritkan
Itulah nasib sang penyair...
Sama halnya dengan sang musyafir...
Gerah...
Tanpa tetesan embun dipucuk basah.....
Resah...
Kaki terpincang berat melangkah..........
Sesungguhnyalah...!
Kata-kataku telah rapuh tak lagi indah merayu
Senandung laguku tak lagi mengalun syahdu
Serulingku tak lagi merindui rumpun bambu
Sumbang..., bagai terompet tak memadu
Namun sekalipun begitu...
Tuntutan jiwa yang kian meronta tak bisa kujinakkan
Berdentam-dentam bagai suara dentuman tetabuhan
Menuntun hatiku yang kian lemah dalam kelelahan
Walau suara serak tapi syair ini terpaksa kujeritkan
Itulah nasib sang penyair...
Sama halnya dengan sang musyafir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar