Jumat, 29 Maret 2013

BIARLAH HATI INI RETAK

Ku tahu engkau mencintaiku
Kau tahu jua aku mencintaimu
Aku baru memintah
Tapi engkau sudah merindu
Engkau baru resah
Tapi aku sudah meraung pilu
Adakah kedekatan yang melebihi jasad dan ruh?

Namun bila takdir kehidupan telah menggaris bawahi
Bahwa perjalanan hidupku harus melalui jalan-jalan berduri
Dapatkah aku akan bersenang hati bila taqdirmu nanti
Akan dipengaruhi malangnya taqdirku dipenghujung hari?

Tidak kasihku, tidak...
Biarlah hati ini retak
Demi bahagiamu kelak

Karena kini kusadari...
Bagaimana membuatmu bahgia
Sedangkan aku sendiri tidak bahagia..
.
 
******* Oleh: Jay Sang musafiR_

TAK RELA ENGKAU PERGI

Saat puncak amarah, kita bagai musuh
Saat romantis, kita bagai sepasang rusa di hutan kedalaman jauh
Terkadang aku ingin engkau pergi menjauh
Saat yang sama aku tak siap ditinggal karena hatiku akan renyuh bergemuruh

Kenapa pertengkaran harus selalu ada ???
Para pujangga  menjawab, itu bumbu-bumbu cinta
Oh... tapi terkadang rasa jengkel hampir punahkan cinta
Rasa kecewa sesakkan dada
Tumpah ruah nyeri melanda
Hampir tenggelamkan biduk mahligai cinta

Aku tak rela engkau pergi karena kecewa
Aku ingin engkau tetap tinggal karena asmara
Aku tak rela engkau terluka karena lara
Yakinkan dirimu bahwa itu cuma persimpangan jalan semata
Yang harus dilewati dengan ketangguhan setia

******* Oleh: mo' Sang tafakuR_

USAH KAU KENANG LAGI

Yang lalu adalah kenangan
Sekarang adalah kenyataan
Yang akan datang adalah harapan
Jujur...
Berat rasanya langkah kaki ini
Nyilu sembilu dikedalaman hati
Sendiri kata mereka seolah mati
Semuanya itu telah kurasai kini

Namun walau senyap tanpa suara
Sepi mencekam tanpa canda tawa
Remang membayang tanpa warna
Kuharus pergi tinggalkan masa lalu
Hempas semua asa di dalam qalbu
Nostalgia cinta...
Kenangan indah...
Kan kuhapus dari ingatan jemput masa depanku

Duhai orang yang dulu kucintai
Tapi telah jadi orang asing kini
Berjalanlah di jalanmu
Ku kan berjalan di jalanku
Walau galau membangkai bisu
Namun aku kan tetap berlalu

Usah kau kembali lagi
Biarkanlah aku sendiri
Temukan jati diri...
 
 

BAHAGIAMU DERITAKU

Seharusnya aku berduka dengan kepergianmu
Tapi jujur kepergianmu adalah kebahagiaanku
Betapa tidak...?
Karena awal kepergianmu
Merupakan akhir nestapaku
Seolah tumpuk-tindih batu
Terangkat dari luka diqalbu

Lega...
Dadaku tak lagi kaku
Cair...
Napasku tak lagi beku

Asal kau tau...
Lelah-letih sudah hati ini bersandiwara ria
Tangis terus kututupi diselubung canda-tawa
Sedih harus kusembunyikan di tirai suka-cita
Seolah aku seorang badut di panggung bahagia
Kemudian jadi pesakitan iba di lembah air mata
Engkau tertawa
Aku menderita..

Kini... cukup sekian sudah
Lara-derita berakhir punah
Selamat jalan dan selamat berpisah
Maafkan aku bila selama ini tersalah
Semoga...
Selamanya kita tetap jauh terpisah
Jangan ada lagi jumpa di awal kisah

******* Oleh: Jay Sang musafiR_

PRAHARA PADANG MASYHAR

Berkerumun penuh sesak di hamparan tak bertuan
Bertebaran manusia-manusia tanpa arah tujuan
Tanpa alas kaki tanpa penutup badan
Itulah prahara Padang Masyar yang tak diragukan

Matahari sejengkal sebagai atap tanpa adab
Miris terdengar meraung dan meratap sembab
Menunggu saat pertanggungjawaban yang belum terjawab
Teromabang-ambing dalam ketidakpastian nasib

Menangislah sepuasnya sebelum masa itu tiba
Meringis dan meradang di sana tiada artinya
Tertawalah sekarang sekedarnya
Karena tawa dan canda di sana sudah sirna

Pengap, sesak, keronta...
Tiada pengobat rasa iba
Resah, gelisah, terbiarkan merana...
Tiada penopang gundah gulana
Kecuali datangnya pembawa cahaya
Sang peredam durja
Dialah Nabi kita yang mulia
Rasulullah Saw peredam bara yang terdera

******* Oleh: mo' Sang tafakuR_

AKU DATANG TUHAN

Walau mata masih mintak untuk dipejamkan
Tubuh berat bangkit dari empuknya peraduan
Namun kuharus beranjak tuk suatu kewajiban
Melangkah gontai menyongsong suara azan
Aku datang memenuhi panggilanmu tuhan...!

Diantara suara azan yang mengema
Dinginnya udara malam yang tersisa
Kupandang sekeliling penuh rasa iba
Iba pada mereka yang masih terlena
Terbujur lelap diatas kasur empuknya

Ketika kusampai di rumah mulia itu
Hati ini semakin iba dan terasa pilu
Penghuninya cuma dua kurang satu
Situa yang ajalnya diambang pintu
Dialah muazzin dari waktu kewaktu

Duhai engkau yang maha kasih
Berilah petunjuk dan hidayah
Biar hambamu tak tersesat jauh

******* Oleh: Jay Sang musafiR_

PENGEMBARAAN HATI

Entah sampai kapan pengembaraan hati ini
Melayang dan terus melayang tembus mimpi
Membayang dan terus membayang tiada henti
Jangankan malam siangpun tiada bedanya lagi
Ya ilahi...!
Apakah yang ia cari...?

Lelah letih sudah ini langkah kaki
Lemah gundah ayunan tangan ini
Bagai musyafir digurun tak bertepi
Kemana arah tujuan tak tau pasti
Ya ilahi...!
Kenapa hati jadi begini..?

Haus dahaga tak juga reda
Lapar melilit makin menyiksa
Genangan air membayang disana
Tapi nyatanya hanya patamorgana
Ya ilahi...!
Apakah haus membuatnya lupa diri...?

Bila hati ini semakin terasing disunyi hampa
Hanya belai kasihmu sebagai pengobat lara
Walau terkadang ku berpaling dari fitrah jiwa
Namun sesaat terkenang kala gundah-gulana
Ya ilahi...!
Adakah hati ini telah jauh berpaling lari..?

******* Oleh: Jay Sang musafiR_

TANYA TAK TERJAWAB

Diambang sore nan rambang
Diruang sunyi nan sepi remang
Kurangkai untaian kata luahan rasa
Mewakili kelunya mulut untuk bicara
Adakah kau masih ingat semuanya..?

Selama aku masih bisa menjawab kawan
Tanyalah apa yang ingin kamu tanyakan
Karena bila mulut ini telah kelu dalam jawaban
Terlalu halus suara hati ini untuk kau dengarkan
Kata ini masih menggelepar...
Dalam memori ingatan

Kau pun bertanya
Awalnya biasa saja
Tapi begitu kau tanya tentang rahasia
Cintaku yang kuredam di relung dada
Dan telah ku anggap mati tanpa pusara
Aku pun jadi terbungkam seribu bahasa

Bukannya ku tak bisa jawab
Bukan pula ku mau berkilah
Tapi bila rahasia itu jadi nyata
Mungkin aku bisa binasa
Haruskah kujawab juga?

Tidak...
Maaf kalau ku ingkar janji
Terjebak omongan sendiri
Bukankah tuhan juga sama
Tak membongkar rahasianya?

Rahasia tetaplah rahasia
Bila sudah jelas di pelupuk mata
Tentu bukan rahasia lagi namanya

******* Oleh: Jay Sang musafiR_

KENAPA

Walau diri ini belum bisa jauh berlari
Tapi seharusnya sudah kuat berdiri
Lebarkan dada hadapi badai kehidupan ini...                                                                                Bak batu karang bertahan di tepian pantai
Bersabar...
Walau terasing dan tersakiti
Bertahan...
Walau hempas ombak tiada henti
Tabah...
Walau hujam petaka silih berganti

Tapi kenapa...
Kenapa sampai kini jiwa masih lunglai?
Diam tak terarah berjalan tiada pasti?
Bahkan...
Air mata ikut berderai
Tak henti aliri pipi
Basahi retak bumi
Kering...
Tiada sisa lagi
******* Oleh: Jay Sang musafiR_

Jumat, 08 Maret 2013

KETIKA CINTA TIDAK HARUS MEMBELAI

Kita sepakat dalam satu kata cinta
Namun terkadang engkau maknai cinta terlalu lebai
Cinta tidak harus setiap saat membelai
Cinta tidak harus selalu memperturutkan keinginan seketika

Kasih...aku sadar bahwa engkau sangat manja
Bisikanmu menghentakkan sukma
Tapi terlalu manja itu adalah egois semu
Yang akan melemahkan benteng positif aku dan engkau

Dewasalah dalam merawat cinta
Itulah yang harus diterjemahkan dalam realita
Merawat cinta butuh pengertian menjaga
Merawat cinta butuh kesejukan menyapa
Merawat cinta butuh keberanian menyela
Bahkan merawat cinta kadang harus dengan amarah yang bijaksana

Cintailah aku tanpa beban meminta
Sayangilah aku tanpa unsur paksa
Aku akan membawamu pada syurga yang sebenarnya
Syurga itu adalah kebersamaan kita sampai tua

******* mo' Sang tafakuR_